Hii… ini cerita pertama yang aku dapet di kelas perdana bahasa mandarin..^__^ langsung copy paste dr kertasnya :p
Judulnya aja legenda, pastinya cuma legenda atau kepercayaan masyarakat setempat aja..tapi menarik juga untuk dibaca ^__^
Konon di zaman dahulu kala, hidup seekor monster bernama Nian. Monster tersebut bertanduk tunggal, bermata besar, dan berkuku tajam. Monster tersebut bertempat tinggal di dalam lautan. Sepanjang tahun dia habiskan waktunya untuk tidur (seperti tidur musim dingin pada beruang). Namun setiap musim semi dia akan bangun dari tidurnya untuk mencari makanan. Makanan kesukaan Monster Nian adalah manusia. Bukan hanya memburu manusia, Monster Nian juga suka memporak-porandakan ladang penduduk dan merusak panen.
Karena adanya Monster Nian yang memburu manusia di setiap musim semi, maka penduduk selalu mengungsi ke dataran tinggi pada awal musim semi. Para penduduk selalu menyiapkan bekal makanan selama di pengungsian mereka, dan karena tidak ada yang tahu bagaimana nasib besok, mereka dituntut untuk menyelesaikan hutang piutang sebelum mengungsi. Demikian juga para anak, akan selalu melakukan ronda selama orang tua mereka tidur (biasanya shou yue alias begadang ini disambil dengan main mahyong ato ngobrol sampai pagi). Tidak lupa mereka diwajibkan untuk berkumpul bersama-sama dalam keluarga supaya bisa saling menjaga.
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama, hingga suatu musim semi, ada seorang pengemis melewati desa tersebut untuk meminta makanan. Ia mendapatkan desa dalam keadaan kosong. Ia berjalan menelusuri desa tersebut untuk mencari orang yang bisa diminya makan sekaligus mencari tahu penyebab hilangnya penduduk desa tersebut. Akhirnya dia menemukan seorang nenek dan menanyakan penyebab lenyapnya warga desa. Sang nenek lalu menjelaskan soal Monster Nian dan pengungsian penduduk. Sang nenek yang baik hati lalu memberikan makanan kepada si pengemis. Pengemis itu lalu bertanya, “kenapa nenek tidak ikut mengungsi?” Kata nenek, “Anak dan cucu saya telah menjadi korban tahun lalu, saya sudah tua, sulit ikut mengungsi. Jika Monster Nian datang, saya akan melawan sebisa saya. Si pengemis menjadi iba pada Sang Nenek, lalu mengatakan kepada sang nenek bahwa sesungguhnya makhluk tersebut takut pada tiga hal, yaitu:
a. Makhluk yang lebih besar dan seram daripada dia
b. Suara keras dan bising
c. Warna merah
Lalu si pengemis meminta sang nenek menyediakan kain besar untuk membuat binatang-binatangan dan mencat depan rumah menjadi warna merah serta berpakaian merah. Lalu dia mengumpulkan batang-batang bambu supaya menimbulkan suara ledakan saat dibakar.
Setelah ditunggu-tunggu akhirnya Monster Nian muncul. Si Pengemis bergegas memakai kain yang telah dibuat menyerupai binatang monster serta meminta sang nenek membakar batang bambu yang sudah disiapkan, serta memukul benda apa saja yang bisa menimbulkan suara bising. Mendapatkan sambutan demikian, Monster Nian sangat kaget. lalu dia terbang menuju khayangan dan tidak pernah kembali lagi.
Atas peristiwa kemenangan ini, penduduk desa merayakannya setiap tahun sebagai hari raya besar serta perayaan panen. Perayaan diadakan dengan cara meniru apa yang telah dilakukan oleh si pengemis dan sang nenek, juga dijadikan sebagai tindakan pencegahan akan kembalinya Monster Nian. Para penduduk mendatangi rumah-rumah kerabat untuk mengucapkan selamat atas terbebasnya mereka dari ancaman Monster Nian. Sebagai balasan, setiap keluarga menyediakan minuman, kue-kuean untuk tamu mereka. Mereka juga menyediakan permen bagi anak-anak dan kertas merah (atau lebih dikenal sebagai hong bao alias angpao ^__^ ) bagi mereka. Demikianlah perayaan tersebut turun temurun hingga kini.
Dari cerita legenda tersebut, ada beberapa hal yang menarik untuk diketahui:
1. Kata Nian kemudian dijadikan sebagai penanda waktu satu tahun.
2. Tradisi penduduk tersebut yang selalu memenuhi gentong beras, air dan makanan lainnya.
3. Adanya tradisi membayar utang sebelum Sin Cia, tapi sayang tradisi ini sudah mulai memudar..
4. Adanya tradisi ngumpul (tuan yuan) atau bahasa kita mah mudik. Ini khusus yang merantau ^__^
5. Katanya sih Pengemis yang datang minta makan itu diyakini sebagai jelmaan dewa.
6. Dari cerita tersebut diketahuilah asal muasal kenapa tiap tahun baru Cina dirayakan dengan menggunakan Barongsai, trus ada petasan, trus warna ornamen-ornamennya adalah merah, adanya tempelan tulisan sajak yangtrus ada tradisi buat bagi-bagi hong bao alias angpao deh…^__^v
Kata Laoshi (baca: Lao she) ada beberapa tradisi ketika Tahun Baru Cina sampai Perayaan Cap Go Meh.
Kalo Pas Tahun Baru gak boleh potong rambut (hari sebelumnya boleh). Gak boleh nyapu rumah ke arah luar, soalnya dianggap mengusir rejeki. Apalagi yah…sik,sik..tak ingat-ingat dulu..hihihi…Hmm.. Pakai pakaian warna merah,hehe..
Hari Pertama (pas hari Tahun Baru): biasanya datang berkunjung ke rumah nenek atau ke rumah saudara laki-laki.
Hari Kedua: datang berkunjung ke rumah keluarga Istri
Hari Ketiga biasanya dipakai untuk istirahat.
Hari Kelima dipercaya kalau Dewa Rejeki turun ke bumi.
Hari Ketujuh dipercaya sebagai hari terbentuknya Bumi atau Hari Dewi Niwa. Konon Dewi ini yang membuat manusia dari tanah, trus rambutnya terbuat dari rerumputan. Dulu Dewi Niwa rajin membuat manusia, makanya hasilnya bagus, ditandai dengan orang-orang jaman dulu umurnya panjang-panjang. Kalau sekarang-sekarang, banyak yang umurnya pendek alias gak panjang umur.
Hari Kesembilan dipercaya sebagai Hari kelahiran Dewa Langit –> Jade.
Hari Kesepuluh dipercaya sebagai Hari kelahiran Dewa Tanah. Makanya pada hari ini gak boleh ada kegiatan mencangkul tanah. 🙂
Hari Kesebelas sampai hari Keempatbelas sebagai hari persiapan menuju perayaan Cap Go Meh
dan Hari Kelimabelas adalah hari Perayaan Cap Go Meh…
Sekian cerita singkat dari Laoshi-ku… ^___^
Alhamdulillah…lumayan buat nambah pengetahuan tradisi budaya luar.. ^__^v