(sms masuk) “Are you okay?” Suddenly I wanna hug you!”
Ngeliat sms itu, spontan aku kaget. “Kenapa sms ini tiba-tiba datang, Ya Allah? Seolah-olah dia tahu apa yang aku rasakan saat ini.”
(sms lanjutan) “Jujur, beberapa hari ini gwa worry ke elu..ntahlah. Tapi gwa gak mau interfere..”
—
Yah, sms ini datang dari salah seorang sahabatku di Biologi. Salah seorang akhwat yang aku kenal begitu tangguh, kuat, tegar, berambisi dan memiliki visi hidup yang hebat. Karakter kuat yang menonjol pada dirinya membuatku yakin bahwa dia akan mencapai impiannya suatu hari nanti. Tapi seiring dengan itu, aku merasa khawatir jika suatu hari dia terluka.
Rasa khawatirku ternyata benar-benar terjadi. Kalau diibaratkan saat ini aku sedang tersangkut di leher jurang hutan belantara yang dalam, merangkak untuk naik ke atas dan begitu di kedalaman sekian, aku menemukan dia sedang tersangkut di leher jurang yang sama. Sekuat tenaga tuk meraih tangannya, tidak ingin melepaskannya hingga kami bersama selamat dari jurang tersebut suatu hari nanti.
—
Kalau sedang futur, aku lebih suka memilih diam, menganalisa apa saja yang membuat aku futur, berjuang untuk bertahan agar tidak semakin dalam terhempas dalam jurang futur, dan jarang untuk berbagi dengan orang lain, kecuali dengan sahabat terdekat dan itupun dibatasi, biar jatuhnya gak ghibah.
Subhanallah-nya saat diri sedang futur, Allah gak pernah ijinin aku berlama-lama dalam jurang futur. Karena ketika aku terhempas dalam jurang futur, ada saudari-saudariku yang sedang terhempas juga ke dalam jurang dan aku berkewajiban mengulurkan tanganku untuk menggapai tangannya, meski aku pun sedang tersangkut pada ranting pohon di jurang yang sama.
Namun, kali ini amunisiku hampir habis.. aku gak sanggup bertahan… Psikologis jiwa saat ini ditambah dalam kondisi haid membuatku mendadak tidak stabil.
Allah berikan kembali amunisi tambahan melalui amanah yang lebih besar yang diberikan melalui atasanku (persiapan bahan presentasi untuk rapat tingkat manajemen), sehingga aku punya kekuatan untuk mendaki kembali. Tapi amunisiku kembali habis saat amanah itu selesai…
—
Subhanallah.. sms itu datang di waktu yang tepat. “Ya Allah apakah ini yang namanya Ikatan Doa?”
Ibarat sedang tersangkut pada sebuah ranting pohon, saat aku yang tersangkut, aku sanggup memegang erat tangan saudariku, menariknya untuk menggapai ranting yang sama. Namun saat aku gak sanggup bertahan, dia yang dengan sigap menggapai tanganku, menahanku, dan menarikku untuk sama-sama dalam posisinya.
“Allah.. yang aku yakini, ranting pohon itu adalah Doa. Daya tahan rantingnya akan menjadi kuat ketika hati kami saling mengingat dan menyisipkan namanya dalam daftar doa kami. Dan akan semakin kuat ketika kami menghabiskan malam-malam panjang kami untuk bersujud dihadapanMu.”
—
Dan akhirnya sms darinya aku balas:
“Subhanallah yah..mungkin ini yang namanya Ikatan Doa. Meski jarak kita begitu jauh, meski gwa ga bilang sama sekali ke elu, tapi elu bisa merasakan apa yang gwa rasakan. Gwa sedang berusaha untuk ‘normal’ kembali. Insha Allah.”
Balasan darinya:
“Yap, ini ikatan doa, Ky. I believe it now. I know how is feeling, seperti gelombang, Ky! But, I believe elu bisa lalui ini semua karena elu yang membuat gwa yakin bahwa gwa pun bisa berbuat hal yang sama. Ky, really wanna hug you now! Love you, sist!” 🙂
P.S.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan sebuah hati yang tak kenal lelah untuk bangkit kembali. Hati yang senantiasa tunduk dan takut kepada Rabb-nya.
Maha Suci Allah yang telah memberikan amanah 2 hati saudariku (di Jepang dan di Bandung) yang mempercayakan kegundahan hatinya padaku disaat aku pun sedang dalam kondisi futur.
Segala Puji Bagi Allah yang memberikan Ikatan Doa yang aku harap tidak akan pernah putus hingga kami berpulang kepadaMu nanti 🙂