Posted in Cerita Hidup, kyky belajar, Melancholische Seite, Nasib Gadis di Rantau Orang

Pulang, Nak.. Sudah Saatnya Anak Gadis Bapak Pulang Ke Rumah

Butuh waktu memang untuk menulis semua hal yang terjadi hingga sampai pada titik saya berani mengambil keputusan ini. Setelah berpikir lama di awal tahun, kemudian berbicara panjang lebar dengan tante, sampai akhirnya berani melakukan sesuatu setelah berbicara dari hati ke hati dengan salah seorang teman dekat,, Ertina Priska namanya.. walaupun agama kami berbeda, tapi saya tetap berharap semoga Allah selalu memberikan yang terbaik buat dia.. aamiin.

————————————————————————————————————————————————————

Perbincangan di Kosan pukul 12 malam..

Saya: “Put, gw galaw nih.. gw ga tau harus gimana lagi.. setelah gw bicara panjang lebar sama tante gw, gw tau gw harus move on,, tp gw ga percaya diri..! Gw emang punya cita-cita ngajar di Taman Pendidikan Al Qur’an.. tapi gw ga pede karena otak gw udh kapitalis kelamaan jadi wanita karir.. gw juga kepikiran buat menghabiskan sisa usia single gw dengan urus orang tua gw,, tapi gak ada yang  bikin gw move on dari kondisi gw sekarang.. Tante gw memang ingetin gw akan banyak hal.. terutama tentang orang tua.. tapi tetap aja gw ga tau harus gimana.. apa gw resign aja yah?”

Putri: “Lu kenapa ga ngobrol sama Priska, Ky?”

Saya: “Heh? kenapa Priska?”

Putri: “Dia kan resign dari kantornya! Dan mutusin buat balik ke Bandung dan ngajar di Bandung..”

Saya: “Whaaaattt???? Whyyyy??? Kok bisaaaaa????? Gw kira stasiun tv terkenal itu adalah dunianya diaaa lhoo! kenapa dia bisa berani ambil keputusan ituu??? Gw harus kontak Priska! HARUS!”

Bergegas saya mengambil handphone dan mengirim pesan ke Priska,,, karena sudah jam 2 pagi, jadi saya kirim pesan via Whatsapp.

Saya: “Kamuuuuu!!! Ada apa dengan kamuuu???? Aku kira *** TV  itu dunia kamu banget! Kenapa kamu berani ambil keputusan seekstrim ituuu??? Kenapa sih harus disaat aku juga dalam situasi seperti ini dapat kabar dari kamuuu??? Kita harus ketemuan! kita harus ketemuan!” isi pesan saya.

Priska membalas: “Aaaaaaaaaaak… kamu jugaaa kenapaaa?? hahaha… ayooooookk kita ketemuaaann!! Banyak hal yang harus kita bicarakan!!”

Saya: “Kapaaaann?? Aku anytime laaah!! Sebelum kamu pindah ke Bandung pokoknya!”

Priska: “Weekend ini yaaah di Tekko deket kantor kamuuu!”

Saya: “Insha Allah, sip!”

 

Pacific Place Jakarta, 24 Mei 2014 pukul 18.00 s/d Mallnya tutup

Priska: “Manaaa Tekko nyaaaa????”

Saya: “Huaaa… aku baru liat di daftar tenant kalau Tekko udah tutuuuup! hahaha.. maaf, maaf.. aku baru update daftar tenant SCBD.. ganti tempat aja gimana? Pacific Place?”

Priska: “Meluncuuurrr…”

Sampai di tempat, kami memilih Thai Alley sebagai tempat kami ketemuan. Begitu ketemu, tanpa basa basi saya langsung banyak nanya.

Saya: “Priskaaaa…. kamu kenapaa?? are you okaay?? whyy?? Gilaaa! Aku kira jadi PR stasiun TV terkenal itu dunia kamuu.. Apa coba yang gak bisa kamu dapatin disana?? kamu bisa berkembang disana? bukannya kamu sudah sering tampil disana?? kenapa, Pris?? kenapaa??”

Priska: “Hahahahha… kalem buu.. kaleemm… kita ngobrol sambil pesan makanan yaah..”

Priska: “Hmm.. sebenarnya ini sudah dalam proses berpikir panjang Ky.. akhirnya aku berani ambil keputusan ini. Banyak hal yang bikin aku berpikir dan belajar,, sampai aku berani ambil keputusan resign.. Insha Allah resign ini untuk orang tua aku.”

Saya: “Maksudnya?”

Priska: “Banyak hal yang membuat aku akhirnya memutuskan resign..  Mulai dari orang tua, pergaulan, dunia kerja,, dan aku berpikir apa yang sebenarnya aku cari?!.. Sebenarnya ini permintaan mama aku. Mama aku sempat sakit, dan saat aku kembali ke Bandung, aku mulai berpikir mama papa usianya terus bertambah, siapa yang akan jaga mereka? lalu pas seharian di rumah, aku kembali ke kamar,, rasanya kok tenang yah? aku liat foto anak-anak didikku dulu selama ngajar di Sangihe.. rasanya senang kembali ke dunia ituu.. Membayangkan kehidupan ibukota dengan jadwal kerja padat, rapat setiap saat, dan dunia pergaulan yang aku sendiri yang aku temui dan aku gak mungkin cerita ke mama.

Saya: “Kamu gak enjoy dengan kerjaan kamu?” Aku kira ini dunia kamu, Pris…!

Priska: “I really enjoy it! Siapa yang ga enjoy? Aku suka pekerjaanku.. aku punya banyak jaringan yang bisa aku bangun, aku punya pergaulan luas, aku akan sangat berkembang disana.. tapi aku sadar.. semakin aku merasa enjoy,, aku lupa akan sesuatu,, lupa kewajiban aku sebenarnya.. dan akhirnya.. apa yang aku kejar? ambisi? ego? No! Aku mulai berpikir akan hal itu..”

Saya: “Ok.. aku paham dengan kondisi itu.. karena aku ada di posisi yang sama seperti kamu sekarang.”

Priska: “Aaaaaaakk??!!! Kamuuu??? kenapaaa??? lha aku malah balik nanya! hahaha… kenapa ky?? Perusahaan besar ini mau kamu tinggalin? Kamu kan akan dapat banyak hal disini!! Kamu gak enjoy sama kerjaan?”

 Saya: “Sama, Pris! Aku suka dengan kerjaanku,,, ok, abaikan segala tekanan yang aku terima di dunia kerja,, but, to be honest, i really like this job! Siapa yang gak bangga kerja di perusahaan besar seperti ini?! Yang semua seisi Indonesia tau siapa pemiliknya… Penguasa Indonesia.. Dan untuk menjadi seperti ini, perjuangan banget! Banyak hal yang aku pelajari. Terutama bagaimana susahnya untuk tetap menjaga Jilbab agar tetap terurai seperti ini di tengah kenyataan kalau aku adalah MINORITAS di lingkungan hidupku. Gimana aku bisa mempertahankan prinsip hidup aku, ditengah gemerlapnya dunia yang setiap saat bisa merongrong aku dengan cara-cara halusnya. Gak mudah Pris! Karena gak mudah itulah, aku egois! Aku gak bisa melepas ini semua dengan mudah! Aku anggap kalah kalau aku sampai lepas! Tapi, aku sadar ini menjadi ambisi dan ego yang  gak akan ada akhirnya.. banyak kehilangan banyak hal untuk melalui tahap hidup ini.. dan aku mulai berpikir jangan sampai aku terlambat untuk kehilangan bagian hidup paling berarti dalam hidup aku.. Aku mulai berpikir.. aku mulai berpikir..”

Priska: “Come on, ky! Move on! Apalagi yang kamu pikirkan? mau berapa banyak kehilangan lagi yang mau kamu lalui hah?!

Saya: “Kamu gak tau, Priska! Aku bukan cewek single tanpa tanggung jawab hidup! Aku ini punya tanggung jawab hidup di keluarga.. gak semudah itu aku memutuskan untuk move!”

Priska: “Come on kyky! Dunia itu gak akan habis kalau kamu kejar!”

Saya: “Yes I know! I really know bout that! But how?? Gimana caranya aku bisa keluar? Satu sisi kamu butuh pekerjaan, satu sisi kamu sudah bertanggung jawab atas keluarga, kamu juga bertanggung jawab atas pekerjaan kamu..! Gimana caranya? Posisi aku itu sulit, Pris! Bahkan aku harus berpikir siapa yang akan gantiin aku?? Bukan karena aku bisa segala hal, tapi karena kerjaan aku spesifik..!”

Priska: “Hey! You are just an asset for this company! Believe me! You are not a person! Kamu hanya seorang aset buat perusahaan, bukan seseorang!”

Saya: “Kok kamu ngomongnya gitu sih?!” 

Priska: “Believe me, Kyky! Lihat diri kamu!”

Saya: “Apa yang salah??? Aku selalu menganggap pekerjaan yang aku berikan adalah tanggung jawab aku, aku udah terbiasa tidak dihargai atasan.. yang penting pekerjaan aku bermanfaat buat orang lain.. karena yakin pekerjaanku ini berefek jangka panjang.. aku gak berambisi kejar jabatan ke atas! Perusahaan juga kasih fasilitas, sekolah, rumah, tidak aku ambil karena aku gak mau terlalu berhutang budi dengan perusahaan. Seperti sekolah,, dari awal jadi karyawan tetap, aku minta untuk gak dikasih tawaran sekolah, karena aku gak mau hutang budi dengan perusahaan. Aku gak mau hidup aku diikat perusahaan. Am I still not a person?”

Priska: “Tapi liat gaya kerja kamu? Di otak kamu cuma bagaimana menyelesaikan pekerjaan, kerja kerja dan kerja… Perusahaan akan mensetting seperti itu.. dan kamu sendiri kan tau kalau pekerjaan itu gak akan ada habisnya?!”

Saya: “Tapi aku bertanggung jawab, Pris!”

Priska: “Bertanggung jawab apa? Bertanggung jawab kamu sama diri kamu? bertanggung jawab kamu sama keluarga kamu? Liat diri kamu sekarang! Bukan tanggung jawab lagi yang terlihat, tapi ambisi! egois!”

Saya: “Kamuu kok ngomongnya kayak gitu sih?”

Priska: “Biar kamu sadar!”

Saya: speechless…

Priska: “Aku ngerti banget posisi kamu… karena aku pernah dalam fase ituu.. karena aku sudah sadar.. aku mau ingatin kamuu.. Kamu sendiri bilang, apa yang gak bisa aku dapatkan di stasiun TV itu? Stasiun TV itu dunia aku.. Benar! Aku enjoy dengan kerjaanku.. aku suka tantangan, aku suka menyelesaikan pekerjaan dengan baik, semakin aku ditantang semakin aku akan berjuang untuk menunjukkan hasil terbaik.. SAMA KY! Divisiku adalah divisi yang sedang berkembang, sama kayak kamu. Kamu pikir aku mudah keluar begitu aja? GAK! TIGA KALI aku ngajuin resign, ky! Bahkan mama aku sendiri yang minta tetap gak dikasih! Sampai akhirnya aku bertekad memperjuangkannya dan aku bisa. Aku sadar konsekuensi apa yang akan aku dapatkan setelah ini.. Inget ky! Kita masih punya mama papa yang usianya terus bertambah.. Kita ini anak perempuan.. tanggung jawab kita gak sama dengan anak laki-laki.. Apalagi aku anak perempuan tertua di keluarga, belum berumah tangga.. seharusnya aku yang memikirkan mama papa..”

Saya: (terdiam sejenak) “Sebenarnya aku juga anak perempuan tertua di keluarga… tapi selama ini papa aku slalu membebaskan aku untuk memilih jalan hidupku sendiri.. dan aku selalu berusaha untuk menunjukkan aku bertanggung jawab terhadap keputusan yang aku ambil. Tunggu! (terdiam sejenak) Apa karena aku yah makanya adikku gak pernah dikasih izin untuk keluar dari rumah???? Selama ini aku selalu mudah dapat izin kemanapun aku pergi, kemanapun aku main, kemanapun aku berkarir… tapi adik aku.. dia harus di rumah.. bahkan papa khusus mengingatkan dia untuk cari kerja di Bandung.. Apa karena aku? Yaah.. jangan-jangan karena aku!”

Saya: “Papa itu kalau diskusi sama aku selalu membiarkan aku dalam posisi menang.. walau kenyataannya kami berbeda pandangan.. tapi kalau ke adikku.. papa gak pernah kasih  dia menang! Ya Allah, Pris!”

Priska: “Kamu yang harus sadar ky!”

Saya: “Tapi gimana caranya bisa lepas, Pris? Dulu aku pernah ajukan pengunduran diri karena alasan orang tua, tapi ditolak.. Sekarang apa mungkin aku ajukan hal yang sama akan dikabulkan?”

Priska: “Selama kamu gigih memperjuangkannya… kenapa tidak?”

Priska (lagi): “Ambil keputusan Ky! Jangan takut! Apa yang kamu takutin sih? Finansial sudah ok..”

Saya: “Siapa bilang?”

Priska: “Hey! Aku gak nyangka kamu itu Spender!”

Saya: “Gak gitu juga kali! Aku ada tabungan.. tapi,,, aku ngerasa semuanya itu habis aja.. Semua seolah-olah hilang.. Kamu tau aku kerja untuk siapa.. Semua orang yang tau aku kerja buat siapa mempertanyakan keberkahan rizkiku.. Aku berusaha positive thinking bahwa setiap penghasilan yang aku dapatkan itu adalah berkah,, sesuai dengan pekerjaanku.. aku berusaha untuk tutup mata dan gak mau ambil pusing dengan hal yang lain… tapi… yang ada,, aku merasa ini bukan milik aku.. ini milik orang lain… kamu tau kan rasanya,, gak tenang pris!”

Priska: (terdiam sejenak) “Dengan semua yang sudah kamu lalui Ky… Aku sadar.. dan seharusnya kamu juga sadar.. kalau Allah itu menempatkan kamu disini, bukan untuk menjadi Gadis yang kaya harta… tapi Allah itu ingin kamu jadi gadis yang kaya otak, dan kaya hati…”

Saya: (nangis)

Priska: “Ayo kyky! Move on! Apa yang susah sih? Toh kamu masih kere ini! hahahha.. kecuali perusahaan sudah bikin kamu kaya raya.. baru susah! hahahahahaa”

Saya: (masih sambil nangis) “Aku sebel sama kamu! weeeekk”

kemudian terdiam….

Saya: “Pris… setelah semua yang kita lalui… aku penasaran yah.. nanti Allah kasih kita suami yang seperti apa sih? Nanti di malam pertama, hal pertama yang aku sampaikan adalah “Kamu kemana aja sih?! Susah banget yah nemuin aku! Sampai aku harus menempa hidup seberat ini buat nungguin kamu doank!!!” “

Priska: “hahahahaha…. iya yah?!”

Saya: “Sampai harus merasakan gimana rasanya jadi gadis begajulan kayak gini..! Tau dunia malam seperti apa, tau standar masuk club seperti apa, tau minuman ini itu kalau dicampur seperti apa.. walau sebenarnya aku gak pernah minum, masuk ke club juga karena lagi inspeksi dan itu siang,, tapi aku tau karena aku punya orang-orang yang aku sayangi yang berada dan pernah berada di dunia itu.. tapi aku bersyukur gak tertarik dengan dunia itu”

Saya (lagi): “Kadang aku ngerasa iri sama teman-teman akhwat yang lain… kuliah jadi akhwat baik-baik.. lulus, menikah, punya anak,, nurut sama suami.. gak perlu ngerasain gimana dimarahin atasan, gak perlu ngerasain meeting sampai malam.. aaah, kayaknya hidupnya damai sekali… Bandingin sama aku?”

Priska: “Rumput tetangga emang lebih hijau dari rumput sendiri kaliii..haha.. aku juga… walau aku bisa melakukan apa yang gak bisa kamu lakukan.. aku bisa minum, aku bisa makan apa saja yang gak halal buat kamu, aku bisa ngerokok,, tapi aku ga melakukan itu bukan karena dilarang.. tapi karena aku gak suka.. aku pernah minum alkohol, tapi karena tau rasanya gak enak, ya aku gak minum dan aku gak jadi orang peminum…”

Saya: “Iyeee.. gak akan pernah jadi hijau karena rumput yang kita tanam jenisnya Rainbow! hahahahaa.. kita harus tetap bersyukur,, karena kita belajar banyak hal…”

Priska: “Kamu tau, aku gak pernah berpikir akan mendapatkan dunia hidup yang seperti ini.. di dunia kerja, kamu tau, aku punya teman beberapa pria yang sudah menikah dan lagi senang-senangnya pamer foto anaknya…. tapiii mereka semua selingkuh! Kamu bayangkan ky! Kamu dihadapkan dengan kondisi dimana kamu gak tau dunianya seperti  apa, tapi kamu dipaksa untuk belajar hal ini..! Aku jelas gak akan cerita ke mama tentang teman-temanku.. bisa jadi beban pikiran nanti..”

Saya: “Oyah?”

Priska: “Iyaah… dan kamu tau alasan dari mereka? Karena mereka merasa istri mereka sudah tidak bisa diajak bertukar pikiran.. mereka tetap menghormati istri mereka sebagai ibu dari anak-anak mereka, bukan sebagai pasangan hidup yang bisa memuaskan mereka.. mereka cari kepuasan dengan wanita lain..”

Saya: “Sampai segitunya???”

Priska: “Kebanyakan dari wanita rumah tangga itu lupa kalau sebenarnya yang harus mereka layani itu adalah suami, disamping  kewajiban mereka berperan sebagai ibu. Karena alasan sibuk dan capek mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak, mereka lupa bahwa inti tugas mereka adalah melayani suami.. jadi tempat mencurahkan isi hati, tempat bertukar pikiran, berdiskusi..”

Priska: “Aku jadi ingat waktu di penempatan, ibu angkatku itu suka belanja untuk menunjang kecantikan dia.. dia bilang bukan untuk siapa-siapa.. tapi untuk bisa tetap melayani bapak angkatku… tapi kan waktu itu aku mikirnya masih, “apaan sih?” tapi sekarang aku paham kenapa ibu angkatku seperti itu… karena di dunia kerja, banyak hal yang siap merongrong suami kita.. apalagi rumah tangga.. Bapak kalau dinas, itu sudah disiapkan “seseorang” khusus untuk melayani bapak.. makanya kalau dinas di luar, bapak suka ajak ibu, kalaupun gak perlu menginap, bapak sering pulang. Makanya ibu harus tetap berpenampilan cantik untuk melayani bapak.”

Saya: “Haaa… iyah… aku juga tau itu dari mama. Pantesan mama di rumah selalu dandan, kagak dasteran kayak aku.”

Priska: “Dari situ aku berpikir, kenapa pentingnya perempuan itu berpendidikan.. karena memang tanggung jawab mereka tinggi. Pendidikan tinggi bukan cuma untuk dapat karir tinggi, tapi untuk mempertahankan rumah tangga! Percuma karir tinggi kalau rumah tangga kamu berantakan!”

Saya: “Kamu tau gak pris? Aku bahkan sampai pernah mimpi aku lupa nyiapin sarapan suami aku, lupa nyusuin anak aku gara-gara atasan aku udah nelepon pagi-pagi buat meeting! Ya Allah! Nitemare banget!!! Aaaaaa… aku gak mau kayak gituuuu!!!”

Priska: (sambil ngibas2 pundak saya) “Halllo wanita pendidikan tinggi, lulusan ITB, universitas terbaik di Indonesia, karir cemerlang, yang tinggi hati,, kamu itu gak ada apa-apanya kalau rumah tangga kamu hancur berantakan karena ikutin ego kamu!”

Saya: “Iiih kok aku sih?!”

Priska: “Iyalah.. kamu aja sampe kebawa mimpi kayak gitu! liat ritme kerja kamu! Gimana mau ngelayanin suami kalau bawaannya kamu capek kalau pulang kantor,, trus besok udah ngantor lagi.. trus kamu ngantor dari senin sampai sabtu..! gimana?? mau kamu bawa kemana rumah tangga kamu??”

Saya: (speechless)

Priska: “Kita itu harus berpendidikan demi rumah tangga kita.. kita harus memposisikan diri sebagai ibu dari anak-anak suami kita, pendidik untuk anak-anak suami kita, sekaligus pelacur buat suami kita!”

Saya: “Maksud kamu??”

Priska: “Yaiyalah! kamu belajar dari pelacur! Kenapa mereka bisa memuaskan pria dan bikin pria nagih, datang lagi, lagi, dan lagi… karena mereka bisa memuaskan apa yang pria mau! Kalau mereka melakukan itu karena harta, kalau kita, istri kan karena ibadah, ky! Come on! gak boleh sepolos itu!”

Saya: “Aaaaah.. baiklaaah… maklum, aku udah lama gak berhubungan hati dengan pria, pacaran cuma sekalii…jadi agak canggung bahas kesana…”

Priska: “Kok sama sih? seumur hidup pacaran cuma sekali. Tapi aku harus melek untuk masalah ginian!”

Saya: “Trus… kamu gak ada kepikiran sekolah lagi? dengan kamu yang luar biasa seperti ini, gak mungkin donk gak kepikiran sekolah..”

Priska: “Aku akan sekolah lagi pasti.. Insha Allah setelah nikah.. karena aku sudah tau porsi fokus aku seperti apa nanti.”

Saya: “Ih kok sama?! Aku juga berpikir kayak gitu, biar nanti aku tau dulu posisi suami aku dimana, disanalah aku berkarya, bersekolah, dan ngajarin Quran ke anak-anak…

Saya (lagi): “Aaaah Sekarang aku tau! Kenapa dari awal aku ketemu kamu, aku jatuh cinta sama kamu! ternyata….”

Priska: “Kita punya karakter yang sama! Keras kepala, tinggi hati, egois…”

Saya: “Tapi kita baik hati juga lho… suka menolong, walau suka galaw, hahahaha…”

Saya (lagi): “Jujur, waktu pertama kenal kamu, aku ngerasa familiar aja sama kamu.. tapi gak pernah ketemu aslinya.. trus kamu kan famous banget di IM, pernah masuk TV lagi… itu yang bikin aku jiper, hahaha.. waktu kamu minta aku gantiin posisi kamu dan jadi floor managernya Aula Indonesia FGIM, jujur aku gak pede…siapa aku coba? tapi kamu berhasil yakinin aku kalau aku bisa.. and see.. semua berjalan baik.. Aku kira setelah itu kamu akan pergi begitu aja.. kita gak akan saling kenal lagi… ternyata gak.. kita masih lanjut Oktoberfest.. dari situ aku mulai kenal karakter kamu sedikit sedikit.. dan sekarang.. setelah ngobrol kayak gini,, gak cuma aku yang bilang,, kamu juga bilang,, karakter kita sama! hahahaa…”

Priska: “Haha.. itulah ky… ayo pulang! Mama papa kita butuh kita..”

Saya: “Aku masih ragu, Pris!”

Priska: “Apa lagi sih?”

Saya: “Aku takut dengan kehidupan homogen.. karena sekarang aku terbiasa hidup heterogen..”

Priska: “Kamu kan masih punya aku,, aku bisa jadi bagian heterogen hidup kamu..”

Saya: “Lalu…Kalau aku pulang.. apa gak jadi beban mental mama papa? Aku masih single.. aku gak mau nambah beban mama papa yang selalu ditanya-tanya sama orang!”

Priska: “Kamu kira aku gak single? Kamu coba bicara sama mama papa.. percayalah.. mereka senang banget kalau kamu pulang ke rumah..”

Priska (lagi): “Kamu tau? waktu aku pulang ke Bandung, padahal pulang biasa aja, aku iseng bilang ke papa, “Papa.. anak gadisnya pulang nih ke rumah papa..” kamu tau papa aku ngapain? Bliau peluk aku dan cium kening aku… bukti kalau sebenarnya hati beliau lebih tenang kalau anak gadisnya di rumah…”

Saya: (nangis) “tapi aku gak sampai seberani itu bicara sama papa mama…”

Priska: “Kamu harus coba! gimana mau tau berhasil kalau gak pernah coba…”

Priska: “Ky… Allah itu pengen banget gendong kamu! Kamunya aja yang masih gelisah.. Kayak orang tua yang mau gendong anaknya.. trus anaknya gelisah pengen lepas dari gendongan.. nih, dilepaslah si anak dari gendongan… anaknya senang, lalu berbuat sesuka hati.. orang tuanya tetap awasi.. pas anaknya jatuh, orang tua tetap awasi.. tapi si anak tetap ngerasain sakitnya jatuh! Sambil bilang, “Sakit nak? jadi sekarang mau digendong atau mau dilepas?” Begitu juga sama Allah, ky… Hati kamu itu masih gelisah.. padahal Allah ingin gendong kamu dan bawa ke jalan yang benar… tapi kamu masih berontak,, akhirnya kamu jatuh,, sekarang Allah tanya lagi, kamu mau digendong ga?”

Saya: (nangis)

Priska: “Aku sekarang pilih digendong sama Tuhan… dalam hening aku bersimpuh ke Tuhan.. minta diampuni, minta digendong.. minta dikasih petunjuk jalan.. Tuhan kasih aku ketenangan hati,, bahkan Tuhan kasih aku jalan menuju ke hati hambaNya yang lain dengan cara yang gak pernah aku duga sama sekali! Ada pria yang sekarang mulai dekat dengan aku.. dan pria itu ternyata selama ini ada dalam doa mama aku.. Dia kenal mama aku di Gereja, padahal dia gak tinggal di Indonesia.. dan memang sudah jalan Tuhan, aku ketemu papanya di Gereja.. Tapi aku tetap jaga agar tetap selalu dalam koridor Tuhan.. aku gak mau Tuhan murka..”

Saya: (masih nangis) “Oyah?”

Priska: “Percaya sama aku.. Allah itu sayang sama kamu.. Allah gak ingin kamu terus seperti ini.. Dia ingin gendong kamu… Ingat, Ky! Tanggung jawab kita berbeda dengan anak laki-laki… Makanya, pulang, Ky… Pulang ke rumah.. Anak gadis itu keluar rumah karena dia dibawa suami… bukan datang ke rumah untuk dilamar, lalu pergi lagi dari rumah karena dibawa suami…! Lagipula sampai kapan kamu mau gantungin cita-cita kamu buat jadi guru ngaji anak-anak kecil?”

Priska (lagi): “Pulang nak, Sudah saatnya anak gadis bapak pulang ke rumah..”

Saya: (nangis) “Akuuu… sebal sama kamu… kenapa harus kamu yang ingetin aku hal yang seperti ini?! Padahal kita berbeda keyakinan.. yang kamu ingetin semuanya ada di Al Qur’an..”

Saya (lagi): “Tapi aku sadar.. Allah kirim kamu buat aku.. buat ingetin aku.. makasi banget yaa Pris.. udah luangin waktu buat yakinin aku…”

Priska: “Kita saling mengingatkan dan menguatkan! Kedepan ujiannya memang gak mudah.. tapi insha Allah kita siap menghadapinya!”

Saya: “Doain.. aku akan bicara dengan papa selasa besok.. Bismillah..”

Bapak dan Anak Perempuan