Posted in kyky belajar, Mari Membaca

Tadabur QS Al Waqi’ah 1-15

Alhamdulillaaaah… akhirnya ada kesempatan juga buat nulis Tadabur Q.S. Al Waqi’ah ditengah-tengah kerjaan kantor yang saaaaangat padat banget! (hehehe.. bahasanya lebay, tapi aselinya emang bener padat, ehe ehe ehe.. 😀 )

Sebenarnya ini adalah PR Liqo Bandung saya, udah lama dipending dan minta dispensasi sama Teteh Murobbiyah, hehehe.. Dan saya baru bisa menulisnya sekarang,, jadi ngerjain PR plus ngisi blog ceritanya 😀 😀 😀 Soalnya kan sayang kalau ilmunya gak di-share 😀

Dalam Surah Al Waqi’ah ini membahas tentang Hari Kiamat.. Saya jadi ingat pertama kali saya I’tikaf waktu SMA di Masjid Habiburrahman Bandung. I’tikaf disana memang sungguh dahsyat! Raka’at tarawihnya banyak dan setiap malam mencapai 1 juz! Subhanallah… Waktu itu malam ke-27. Saat Imam membaca Surah Ar-Rahman, saya masih bisa menangis tersedu-sedu dalam sholat.. maklum, masih ABG, baru hijrah juga, jadi lagi semangat-semangatnya mendalami Islam.. Semua sekitar saya menangis saat dibacakan Surah Ar Rahman. Di rakaat selanjutnya, Imam membaca Surah selanjutnya.. Waktu itu saya gak tahu itu Surah apa.. Tapi sebelah saya nangisnya makin kenceng sampai sesengukan.. Saat itu saya merasa bersalah karena saya bener-bener buta sama Surahnya.. “Haduuh! Ampun Allah! saya gak tahu ini surah apaan??!! Ampuun! Ampuun!” 😦 Yang ada saya nangis dalam sholat bukan karena Surahnya, melainkan karena saya takut sama Allah karena bodoh, heuheu.. Selesai sholat saya langsung samber Al Qur’an, nyari tahu surah apa barusan,, dan ternyata.. “Yaah… pantessaaan!! Surah Al Waqi’ah! heuheu..”

Tadabur Q.S. Al Waqi’ah ini akan saya bagi menjadi beberapa postingan, karena bahasannya 1 Surah euuy.. bisi kelamaan bacanya.. 😀

Oke, mari kita ulas Surah Al Waqi’ah.. ^__^

———————————————————————————————————————————————————————–

Surah Al Waqi’ah terdiri dari 96 ayat..

Bismillahirrahmannirrahiim

“Apabila terjadi hari kiamat, (1). terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal) (2). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), (3). apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dasyatnya, (4). dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, (5). maka jadilah ia debu yang beterbangan, (6). dan kamu menjadi tiga golongan. (7). Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu (8). Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu (9). Dan orang-orang yang paling dahulu beriman (10). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah) (11). Berada dalam surga-surga keni’matan (12). Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, (13). dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (14). Mereka berada di atas dipan yang bertahtahkan emas dan permata, (15).”

 

Asbabunnuzul QS. Al Waqi’ah 13-14

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ayat ke 13-14 yang berbunyi, “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian” dirasa berat bagi para sahabat. Maka dari itu, turunlah ayat ke 39-40 yang berbunyi, “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.” Dengan demikian, surga akan seimbang antara orang yang terdahulu dan orang yang kemudian. (Lubabun Nuqul: 186)

 

Tafsir At Tabari QS. Al Waqi’ah 13-15

Maksud dari ayat “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu” yakni kebanyakan dari umat-umat terdahulu.

Maksud dari ayat “Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian”, sedikit dari golongan umat Muhammad SAW. Umat Muhammad SAW adalah umat yang terakhir, karena mereka adalah akhir umat di dunia ini.

Abu Ja’far Ath Thabari mengatakan berkaitan ayat 15 adalah bersandarkan kepada ranjang-ranjang yang dipintal, dimasukkan satu sama lain, ada juga pendapat lain, ranjang-ranjang yang dihiasi dengan emas dan permata. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Sufyan, dari Mujahid, dari Ibnu Umar, ia berkata, dihiasi dan ditaburi lapisan emas. Pendapat lain menyebutkan dihiasi dengan durr dan safir, pendapat ini dikuatkan dengan riwayat Ikrimah

Sumber: Tafsir At Tabari, Jilid XXII, 2001: 291-292

 

Tafsir Ibnu Katsir QS. Al Waqi’ah 13-15

Allah menjelaskan golongan terdahulu yang mendekatkan diri kepada Allah. Kebanyakan dari mereka adalah golongan yang lebih dahulu masuk Islam, dan hanya sedikit dari golongan selanjutnya. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai makna dari “golongan terdahulu” dan “golongan selanjutnya”. Ada yang mengatakan, golongan terdahulu adalah umat-umat terdahulu, sedangkan golongan selanjutnya adalah umat yang ada sekarang.

Mujahid dan Hasan Basri menceritakan bahwa Rasulullah bersabda sebagai berikut: “Kami adalah golongan kemudian dan golongan paling dulu masuk surga di akhirat” (HR Abu Hatim). Inilah pendapat yang diikuti oleh Ibnu Jarir.

Imam Abu Muhammad bin Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ketika ayat “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan  kecil dari orang-orang yang kemudian” turun, para sahabat nabi resah. Kemudian, turun ayat 39-40 di surah ini, “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian”.

Lalu Rasulullah bersabda sebagai berikut, “Aku berharap kalian menjadi seperempat dari penghuni surga, sepertiga penghuni surga, bahkan kalau bisa setengah dari penghuni surga. Dan setengahnya dibagi-bagi oleh mereka.” (HR Ahmad).

Sumber: Al Misbah Al Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Katsir, 1999: 1069-1070

 

Khazanah Pengetahuan QS. Al Waqi’ah: 8-9

Orang Beriman Takut Balasan Neraka

Orang-orang yang menginginkan agar kesalahannya diampuni dan diganti dengan kebaikan di akhirat hendaknya selalu melakukan perbuatan yang sangat diridhoi Allah. Untuk tujuan itu, hendaknya ia selalu ingat perhitungan pada Hari Pengadilan.

Tentunya menjadi jelas bagaimanakah seseorang seharusnya berbuat, misalnya jika kepadanya diperlihatkan perbuatan-perbuatan buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, kemudian diingatkan bahwa ia seharusnya berbuat benar agar diampuni. Karena neraka yang ada disisinya akan selalu mengingatkannya tentang kehidupan yang kekal abadi dari siksaan Allah, ia akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Ia akan berhati-hati dalam menjaga sholatnya sehingga dalam kehidupan di dunia ini, perbuatan buruk bagi orang-orang yang melakukan amal sholeh, takud kepada Allah dan Hari Pengadilan, bagaikan orang yang melihat neraka, lalu dikembalikan ke dunia atau bagaikan mereka selalu melihat api neraka di sisinya sehingga ia segera melakukan kebaikan.

Orang-orang yang beriman ini merasa yakin tentang akhirat dan mereka sangat takut dengan azab Allah dan berusaha sekuat tenaga menjauhinya.

Sumber: Harun Yahya, 2005, Iman Yang Sempurna

Posted in kyky belajar, Mari Membaca

Pohon di Dalam Hati

Di penghujung tahun ini… 1 pekan terakhir menuju tahun yang baru.. perkenankan saya berbagi tulisan yang saya peroleh dari website tempat saya menimba ilmu..

Selamat membaca ^__^

————————————————————————————————————————————————————————

Sumber: Era Muslim

by Anindya Sugiyarto

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk, dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Membaca dan menuliskan tulisan ini sungguh terasa dingin di dalam hati. Apa yang engkau cari tentang hakikat aqidah(keyakinan) dan pembersihan jiwa tersusun apik disini.

Begitu sederhana namun menyentuh, meskipun sebenarnya amat dalam. Bersiaplah mengarungi untaian kata-kata dari seorang Ulama dan ‘Alim beliaulah ibnu Qoyyim Al Jauziyyah. Sungguh benar firman Allah “ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanNya, hanyaah ulama”(QS Fathir:28).

Karena dengan ilmunya itu mereka tahu Rabb mereka, nama-namaNya, adzabNya dsb, yang dengan itu akan mengantarkan takutNya kepada Allah. Semoga Allah merahmati, membalasnya dengan kebaikan dan memberi pahala atas usaha beliau Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.

Setahun adalah sebatang pohon, bulan adalah dahan-dahannya, hari adalah ranting-rantingnya, jam adalah dedaunannya dan nafas adalah buahnya.

Siapa yang nafasnya dalam keta’atan, maka buah pohon itu adalah manis, dan siapa yang nafasnya ada dalam kedurhakaan, maka buahnya pahit.

Waktu panen adalah pada hari kiamat, pada waktu panen itulah akan diketahui secara pasti apakah buah itu manis ataukah pahit.

Ikhlas dan tauhid adalah pohon di dalam hati. Dahan-dahannya adalah amal, buahnya kemanisan hidup di dunia dan kenikmatan yang kekal di akherat.. Sebagaimana buah-buah syurga yang tidak pernah terputus dan tidak sulit untuk dipetik, maka begitu pula buah tauhid dan ikhlas didunia.

Syirik, dusta, dan riya adalah pohon di dalam hati. Buahnya di dunia adalah ketakutan, kekhawatiran, kesusahan, kesempitan dada dan kegelapan hati. Buahnya di akherat adalah neraka dan azab yang pedih lagi kekal.

Allah telah menyebutkan dua pohon tersebut dalam surat Ibrahim 24-26 : “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi ; tidak akan tetap(tegak ) sedikitpun(26), Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh(dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”(27).

Landasan kebahagiaan hamba itu ada tiga macam yang masing-masing mempunyai lawannya. Siapa yang kehilangan satu landasan ini, maka dia akan mendapatkan lawannya. Tiga landasan dan lawannya itu adalah :

  1. Tauhid lawannya syirik
  2. Sunnah lawannya bid’ah
  3. Keta’atan lawannya kedurhakaan

Tiga landasan ini mempunyai satu lawan, yaitu hati yang sama sekali kosong dari cinta kepada Allah dan apa yang ada disisiNya.

Wallahu a’lam bishawwab

Posted in kyky belajar, Mari Membaca

Cukup Allah Sebagai Saksi

Sumber: Era Muslim

Bila ingin hidup ini tenang, tak usah hiraukan ada atau tidak ada orang yang melihat atau menilai amal-amal kita.

“Wakafaa billahi syahidaa” (Cukup Allah yang menjadi saksi)” (QS. An-Nisa [4] : 79)

Itulah isi SMS taushiyah yang kirimkan oleh Aa Gym. Sangat menyentuh. Untuk kita yang selama ini masih terpaku pada penilaian manusia terhadap segala perbuatan yang kita lakukan. Penilaian manusia tak bisa di jadikan sebagai tolak ukur baik atau tidaknya perbuatan kita. Bisa jadi di mata orang ini kita mendapat pujian tapi di mata yang lain kita di nilai hanya mencari sensasi semata.

Cukuplah Allah menjadi barometer setiap gerak kita. Kemana kaki hendak melangkah. Kemana mata hendak memandang. Apa yang ingin telinga dengar. Terlalu melelahkan bila memikirkan apa yang orang lain katakan sedangkan berbeda orang sudah tentu berbeda pendapat.

Jika apa yang kita lakukan sudah sesuai syariat, maka abaikan saja penilaian orang lain. Jika memang penilaian itu mengandung sebuah nasehat kebajikan, bukalah lebar-lebar telinga dan mata hati kita. Tapi tulikan telinga kita untuk cacian dan gunjingan mereka. Bukan berarti kita harus tinggi hati jika pujian mengarah pada kita. Hanya kepada Allah, sepatutnya pujian di haturkan. Kita bisa karena Allah. Allah yang menggerakkan hati kita, meringankan langkah dalam berbuat kebaikan.

Cukup Allah menjadi saksi. Karena Allah yang Maha Tahu isi hati kita. Sedihkah atau bahagiakah.

Sebagai contoh dari beberapa berita yang saya baca. Negara Korea menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Menurut Organization of Economic Cooperation and Developmemt, sebanyak 21 orang dari 100 ribu orang Korea melakukan bunuh diri.

Seorang Psikologi dari universitas Yonsei-korea, Hwang Sangmin, mencoba menganalisis fenomena bunuh diri ini. Menurutnya, orang Korea memiliki konsep Yan, dimana setiap orang berusaha bersikap diam dan tabah walaupun dalam keadaan marah. Terutama untuk kaum selebritis, pencitraan melalui konsep Yan amat besar dilaksanakan. Jika sudah diambang batas, mereka cenderung putus asa dan akhirnya mengambil pilihan drastis untuk bunuh diri.

Itu karena di sana penilaian orang banyak menjadi tolak ukur yang utama. Image mereka ada di tangan orang banyak. Image mereka adalah kehendak orang banyak. Meskipun hal tersebut tak sesuai dengan hati nurani mereka. Terlebih bagi selebritas yang memiliki banyak penggemar. Mereka dituntut menjadi seorang yang perfeksionis.

Faktor lain, karakter orang Korea tergolong tertutup, sehingga para artis akan merasa malu jika ketahuan pergi ke konseling atau sedang depresi. Faktor agama juga tak kalah pentingnya. Hampir setengah warga Korea tidak memiliki agama, sehingga ketika mengalami depresi, penghargaan mereka terhadap kehidupan jadi rendah. Kepercayaan terhadap konsep reinkarnasi juga mendorong orang Korea mengakhiri hidupnya, dengan harapan kehidupan barunya akan lebih baik.

Akhirnya bunuh diri di anggap sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya. Untuk selebritas, segala prilakunya akan di contoh oleh penggemarnya. Fanatik yang berlebihan dalam mengidolakan seseorang, membuat masyarakat Korea akan mengikuti tiap prilaku yang di lakukan idolanya bahkan jika idolanya bunuh diri maka mereka akan mengikutinya. Para fans seolah terinspirasi, untuk mengakhiri suatu masalah adalah dengan jalan bunuh diri. Melihat permasalahan tersebut pemerintah Korea kini sedang menggalakkan adanya konseling untuk mengurangi populasi bunuh diri. Diharapkan dengan seperti itu masyarakat Korea mau membuka diri guna menceritakan masalahnya.

Bagi kita yang memiliki Allah sebagai penawar hati di kala kesedihan datang, melalui ayat-ayatnya yang berisi kabar gembira bagi orang yang sabar dan selalu menyerahkan segalanya kepada Allah maka tak patut kita berputus asa. Karena sesungguhnya hanya Allah tempat segala curahan rasa. Hanya Allah sebaik-baik tempat mengadu. Hanya Allah sebaik-baik saksi dari prilaku kita.

Fenomena yang terjadi Korea bisa diambil hikmahnya, membuka diri kepada seseorang yang di percaya untuk bertukar fikiran. Bukan berarti membuka aib atau mengabaikan Allah sebagai tempat mengadu. Tentu jika hal itu di lakukan dengan pertimbangan, bahwa kita melakukan ikhtiar dengan mencari perantara Allah untuk mencarikan jalan keluar dan tanpa berlebihan.

Semoga kita menjadi hamba yang selalu mengandalkan Allah dalam tiap gerak kita. MenjadikanNya sebagai saksi utama. KarenaNya kita berlaku bukan karena yang lainnya. Merasakan Allah selalu hadir lebih dekat dari urat nadi. Aamiin.

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS. Fathiir [35] : 10)

Mencari kemuliaan dan kebahagiaan dengan harta benda dan penilaian manusia pasti tak akan pernah di dapat, hanya melelahkan bathin dan semu belaka. Carilah kemuliaan di sisi Allah, di jamin bahagia, mulia yang asli dan kekal.—Aa Gym

————————————————————————————————————————————————————————

Lalu saya jadi teringat dengan lagu yang dinyanyikan oleh Alm. Gito Rollies feat Opick yang judulnya “CUKUP BAGIKU ALLAH

Lagu ini menjadi penguat saya kala saya mengalani rasa putus asa yang tak tertahankan..

Lagu yang menjadi motivasi saya untuk menghadapi segala macam ujian hidup..

Semoga setiap lagu ini didengar, menjadi amal jariyah untuk Alm. Gito Rollies.. karena ini bentuk media dakwah beliau.. 🙂

 

Posted in kyky belajar, Mari Membaca

Khilafnya Hati Hamba

Di Hari Jum’at yang istimewa ini, alangkah baiknya kita bermuhasabah diri.. Untuk menapaki hari-hari selanjutnya, setelah amalan-amalan kita diangkat dilaporkan kepada Allah di hari Kamis..

Selamat bermuhasabah diri.. ^__^

————————————————————————————————————————————————————————

Sumber: Era Muslim

by Kiptiah

Kita hanya seorang hamba yang seringnya melakukan khilaf. Sebentar melakukan kebaikan, kemudian di lain waktu kita kembali khilaf. Entah khilaf itu kecil atau besar, tapi jika di biarkan terus menerus akan menjadi besar. Karena tak ada dosa kecil jika di biarkan terus menerus dan tak ada dosa besar jika di sertai dengan istighfar. Tapi baiknya jika tersadar sedang melakukan khilaf, cepatlah beristighar agar dosa tak semakin menumpuk. Jangan takut Allah tak akan mengampuni, karena Allah adalah Sang Maha Pengampun. Asalkan kita datang kepadaNya dengan segala kerendahan sebagai hamba bukan membawa selaksa keangkuhan.

“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim.”(QS. Ar-Ra’d [13] : 6)

“Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tanganNya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang, dan Ia membentangkan tanganNya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam, sehingga matahari terbit dari arah barat (sampai kiamat).”(HR. Muslim)

Kita, khususnya saya seringkali khilaf. Dan fitrahnya manusia adalah melakukan kekhilafan dan kelalaian. Tapi bukan berarti hal tersebut dapat melegalkan seorang hamba untuk terus mengulangi kesalahan yang sama.

Meskipun hanya terbersit di dalam hati, menganggap diri paling benar hanya karena mengetahui sekelumit ilmu. Padahal sungguh, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Hanya Allah penggenggam perbendaharaan langit dan bumi. Rabbighfirlii…

Bukan masanya lagi untuk kita menilai apa yang terlihat. Ketika kita melihat si Fulan menyantuni anak yatim piatu, lalu diliput oleh media. Lantas, apa kita bisa menilainya sebagai si Tukang Pamer? Belum tentu kawan. Bisa jadi dia tidak tahu jika apa yang dilakukannya itu diliput oleh media atau memang sengaja dia memberitahukan kepada khayalak perihal santunan tersebut untuk memberikan contoh kepada masyarakat untuk bisa diikuti. Menerbitkan kepekaan hati agar yang lainnya dapat mengetahui bahwa ada di luar sana yang masih sangat membutuhkan bantuan.

Semua ini kembali pada niat. Niat yang membuat seseorang menjadi berharga atau biasa saja dimata Allah. Niat yang menjadi hubungan pribadi antara sang hamba dengan Sang Khaliq. Niat yang hanya Allah dan hamba saja yang mengetahui. Niat yang tersembunyi jauh di dalam lubuk hati. Karena Allah yang Maha Mengetahui apa-apa yag tersirat di dalam hati hambaNya.

“Sesunggguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.” (Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abdul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisaburi, di dalam kedua kitab tershahih di antara semua kitab hadits)

Dan niatlah yang menjadi ukuran seorang hamba khilaf atau tidak. Mungkin secara fisik kita melihat seseorang sedang melakukan kesalahan tapi semua itu belum tentu sesuai dengan prasangka. Apa yang terlihat belum tentu tepat. Apa yang terdengar belum tentu benar. Kita bisa mengklarifikasi dengan orang tersebut secara langsung atau jika kita belum mampu berbicara yang baik dan benar, baiknya kita diam saja.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah memperbanyak prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa.”(QS. Al-Hujuraat [49] : 12)

Allah yang patut memberikan justifikasi kepada hambaNya. Bagaimanapun keadaan hambaNya. Kita hanya bisa berintrospeksi, melakukan yang terbaik sesuai dengan kehendak Allah bukan kehendak manusia. Dan tak lupa kita serahkan raga dan hati kita hanya kepada Allah. Supaya semua yang kita lakukan selalu dalam petunjukNya, selalu dalam ridhoNya dan selalu dalam naunganNya.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.”(QS. Ali Imron [3] : 135)

Karena sifat hati silih berganti, kadang baik kadang khilaf. Manusia tak kuasa mengaturnya, hanya sanggup berserah diri. Semoga ketika hati ini sedang baik, Allah selalu ada di hati, detak nafas dan tiap perbuatan dan di saat khilaf segera di ingatkan Allah untuk secepatnya menyadari kesalahan. Semoga kita terlindung dari segala macam prasangka.

Allahua’lam.

Posted in Cerita Hidup, Nasib Gadis di Rantau Orang

Dilema Yang (tidak perlu) Diperpanjang

Pagi ini saya menemukan meja kantor saya terdapat setumpuk kartu ucapan untuk perayaan salah satu Agama. Kemudian saya tanyakan maksud adanya tumpukan kartu tersebut ke bagian administrasi departemen saya. Kata bapak admin, saya harus tanda tangan di kartu-kartu tersebut sebagai partisipasi dari departemen. Hhmm… saya terdiam..

Sebenarnya gak susah sih cuma tanda tangan doank.. toh saya gak perlu ngapa-ngapain, gak perlu ngomong juga.. (gak bisa ngomong banyak-banyak juga sih, karena suara saya masih hilang, hihihi) Tapi… hhmm..

Akhirnya gak butuh waktu yang lama, gak perlu mikir panjang, saya bilang, “Saya gak ikut tanda tangan gak papa ya, pak!” ^__^

“Kalaupun ini wajib dari departemen, saya bersedia untuk menjelaskannya..” ^__^ tambah saya.

Bapak admin departemenpun mengerti kenapa saya memilih untuk tidak ikut tanda tangan dan mengembalikan tumpukan kartu tersebut ke meja beliau. Alhamdulillah, tanpa perlu banyak keharusan untuk menjelaskan kartu-kartu tersebut lewat begitu saja dari meja saya..

Dilema ini sempat menimpa saya di minggu-minggu kemarin. Sejak saya mendalami ilmu kristologi, saya memilih untuk tidak memberi ucapan sebagai bentuk penghormatan kepada teman-teman saya yang non muslim. Yang saya yakini adalah “Untukmu agamamu, untukku agamaku..” tertera jelas dalam QS. Al Kafirun. Sebelumnya, tantangan yang saya hadapi adalah ketika bekerja dengan dosen Non Muslim, tapi lingkungan sekitar saya masih kondusif… Alhamdulillah Allah memberi kemudahan dengan melaluinya dengan mudah karena dosen saya punya rasa toleransi yang tinggi. Dan sekarang tantangan besar di hadapan saya. Lingkungan kantor dan kosan yang menjadikan saya minoritas membuat saya sempat bingung. Apakah saya harus melonggarkan apa yang saya pegang selama ini atau tidak. Masalahnya waktu lebaran, teman-teman Non Muslim saya memberikan ucapan..

Saya sempat berdiskusi dengan 2 Murobbiyah saya, Bandung dan Jakarta. Keduanya memberikan kekuatan saya untuk tidak memberi ucapan. Dan Subhanallah-nya lagi, Ibu Murobbiyah saya yang di Jakarta memberikan solusi yang mantap, yakni dengan tetap menjaga silaturahim saya dengan baik seperti menanyakan perihal mudik, rencana acara keluarga, rencana liburan untuk rekan-rekan saya yang Non Muslim… Bisa juga dengan bantu-bantu packing temen-temen Non Muslim di kosan yang mau mudik atau berbagi obat atau minyak angin buat temen Non Muslim yang lagi flu,,, kan sekarang lagi musim sakit flu tuh! Biar dia pas di hari perayaan agamanya bisa fit lagi.. ^__^

Maha Suci Engkau, Allah… Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang..
DenganMu, segala masalah di dunia ini akan teratasi dengan sempurna..
Dengan tetap berjalan di bawah ridhoMu, semua urusan dunia dapat dihadapi..
Kesempurnaan hanyalah milikMu, Allah..

NB:
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada teman-teman Non Muslim, maaf, saya Muslim ^_^v

Posted in Mari Membaca

Do’a Agar Dimudahkan Beramal Dengan Amalan (Calon) Penghuni Surga

Dari Aisyah Rodhiyallohu ‘anha , bahwasanya Nabi saw mengajarkan beliau doa ini :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِى خَيْرًا

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta semua kebaikan kepada-Mu, baik yang segera (dalam waktu dekat) maupun yang akan datang, apa yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik segera (dalam waktu dekat) maupun yang akan datang, apa yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh hamba-Mu dan Nabi-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang minta dihindarkan oleh hamba-Mu dan Nabi-Mu”.

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu surga dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik kata maupun perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu agar keputusan yang Engkau tetapkan kepadaku semuanya adalah baik”.

Posted in kyky belajar, Mari Membaca

JANGAN TANGGUNG-TANGGUNG SAAT MEMINTA KEPADA ALLAH!

Sumber: Era Muslim

Ikhwah fillah, terkadang kita meremehkan amalan kecil karena menganggapnya hanya amal ibadah yang remeh, namun ternyata tanpa kita sadari kita pun tidak mampu melakukan amalan yang besar. Atau tidak jarang kita menganggap sepele dosa kecil, namun kenyataannya, tidak jarang di antara kita justru dengan sangat mudah terjerembab dalam dosa besar karena sikap meremehkan yang kecil tadi.

Berikut adalah hadits-hadits shahih tentang amalan-amalan yang oleh kebanyakan orang dianggap sepele namun karena keimanan dan tauhid yang bersih dari pelakunya serta keyakinan akan janji Allah dan Rasul-Nya, amal yang sepele itu mampu mengantarkannya menggapai Jannah (Surga) Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Juga tentang keyakinan para shahabat Rasulullah akan janji Rasulullah dan kecerdasan mereka dengan tidak membuang kesempatan emas untuk menggapai Jannah-Nya :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman (artinya):

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal”. (QS Ali Imron [3] : 133-136)

Mengapa Engkau Tidak Seperti Wanita Tua Bani Israil Itu?

Imam Hakim meriwayatkan dalam Al-Mustadrak dari Abu Musa bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam singgah kepada seorang Badui. Beliau dimuliakan dan disambut dengan baik, maka beliau bersabda kepadanya, “Wahai Badui, katakan keperluanmu.”

Dia menjawab, “Ya Rasulullah, seekor unta betina dengan pelananya dan domba betina yang diperah oleh keluargaku.” Ini diucapkannya dua kali.

Rasulullah berkata kepadanya, “Mengapa kamu tidak seperti Nenek Tua Bani Israil?”

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapa Nenek Tua Bani Israil itu?”

Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Musa hendak berjalan membawa Bani Israil, tetapi dia tersesat di jalan. Maka para ulama Bani Israil berkata kepadanya, ‘Kami katakan kepadamu bahwa Yusuf mengambil janji-janji Allah atas kami, agar kami tidak pergi dari Mesir sehingga kami memindahkan tulang-tulangnya bersama kami’. Musa bertanya, ‘Siapa di antara kalian yang mengetahui kubur Yusuf?’Mereka menjawab, ‘Yang tahu di mana kuburan Yusuf hanyalah seorang wanita tua Bani Israil’. Musa memintanya agar dihadirkan. Musa berkata kepadanya, ‘Tunjukkan kepadaku di mana kubur Yusuf’.Wanita itu menjawab, ‘Aku tidak mau hingga aku menemanimu di Surga’. Rasulullah Musa tidak menyukai permintaannya, maka dikatakan kepadanya, ‘Kabulkan permintaannya’. Musa pun memberikan apa yang diminta.Lalu wanita itu mendatangi sebuah danau dan berkata, ‘Kuraslah airnya’. Ketika air telah surut, wanita itu berkata, ‘Galilah disini’. Begitu mereka menggali, mereka menemukan tulang-tulang Yusuf. Begitu ia diangkat dari tanah, jalanan langsung terlihat nyata seperti cahaya pada siang hari.”

(Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam Al Mustadrak (2/624), no. 4088. Beliau berkata, “Hadis ini sanadnya shahih, dan keduanya Bukhari Muslim tidak meriwayatkannya.”)

Penjelasan

Inilah kisah seorang wanita tua dari Bani Israil yang mendapatkan peluang emas. Dia memanfaatkannya bukan untuk mendapatkan harta benda dan kenikmatan dunia, tetapi untuk meraih derajat tinggi di Surga yang penuh dengan kenikmatan. Musa meminta kepadanya supaya menunjukkan kubur Yusuf untuk membawa jasadnya pada waktu dia keluar dari Mesir bersama Bani Israil. Nenek ini menolak, kecuali dengan syarat bahwa dia harus menyertai Musa pada hari Kiamat di Surga. Maka Allah memberikan apa yang dimintanya. Seperti inilah ambisi-ambisi tinggi, jiwa yang berhasrat meraih derajat-derajat tinggi.

Beberapa sahabat berambisi untuk meraih derajat tinggi seperti ini, dan di antara mereka adalah Ukasyah bin Mihshan. Dia memohon kepada Rasulullah agar termasuk dalam tujuh puluh ribu golongan manusia terpilih yang masuk Surga (tanpa hisab). Wajah mereka seperti wajah rembulan di malam purnama. Mereka tidak kencing, tidak buang air besar, tidak meludah. Lalu Rasulullah menyampaikan kepada Ukasyah bahwa dia adalah satu dari mereka. Termasuk juga Abu Bakar yang berambisi dipanggil dari segala pintu Surga

Berikut beberapa hadits tentang mereka yang beruntung menggapai jannah (surga) Allah karena keyakinan dan keimanan mereka kepada janji Allah dan Rasul-NyaShollallohu ‘alaihi wasallam:

Jika Kalian Meminta Kepada Allah, Mintalah (surga) Firdaus!

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَصَامَ رَمَضَانَ ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ جَاهَدَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، أَوْ جَلَسَ فِى أَرْضِهِ الَّتِى وُلِدَ فِيهَا » . فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُبَشِّرُ النَّاسَ . قَالَ « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ ، أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ » . قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ « وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah, menegakkan shalat, berpuasa bulan ramadhan, maka sudah pasti Allah akan memasukkannya kedalam surga, baik apakah dia berjihad di jalan Allah atau dia hanya duduk tinggal di tempat di mana dia dilahirkan”.

Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah tidak sebaiknya kami sampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat (kedudukan) yang Allah menyediakannya buat para mujahid di jalan Allah dimana jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi. UNTUK ITU BILA KALIAN MINTA KEPADA ALLAH MAKA MINTALAH SURGA FIRDAUS KARENA DIA ADALAH TENGAHNYA SURGA DAN YANG PALING TINGGI. Aku pernah diperlihatkan bahwa di atas Firdaus itu adalah singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya mengalir sungai-sungai surga”. Berkata Muhammad bin Fulaih (salah seorang periwayat hadits ini) dari bapaknya, “Di atasnya adalah singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah.” (HR. Bukhari No. 2581)

Wahai Abu Bakar Semua Pintu Surga Memanggilmu!

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ e قَالَ « مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ نُودِىَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ ، هَذَا خَيْرٌ . فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ » . فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ t بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا عَلَى مَنْ دُعِىَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ « نَعَمْ . وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ

Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya (sepasang unta atau kuda) di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’

Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Royyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”

Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya,“Ayah dan ibuku sebagai penebus anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”.

Maka beliau pun menjawab, “Ya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.”

(HR. Bukhari [1897 dan 3666] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Engkau Didahului Ukasyah

Ibnu Abbas menuturkan hadits kepada kami dari Rasulullah, beliau bersabda,“Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat, lalu aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada seorangpun yang menyertainya, tiba tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan kepadaku : bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya, tiba tiba aku melihat lagi sekelompok orang yang lain yang jumlahnya sangat besar.

Maka dikatakan kepadaku, “Mereka itu adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 (tujuh puluh ribu) orang yang masuk sorga tanpa hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu, kemudian beliau bangkit dan masuk ke dalam rumahnya, maka orang orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu?”

Ada di antara mereka yang berkata, “Barangkali mereka itu orang orang yang telah menyertai Nabi dalam hidupnya”. Dan ada lagi yang berkata, “Barangkali mereka itu orang orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatupun, dan yang lainnya menyebutkan yang lain pula”.

Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam keluar dan merekapun memberitahukan hal tersebut kepada beliau. MakaBeliau bersabda, “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathoyyur dan tidak pernah meminta lukanya ditempeli besi yang dipanaskan, dan mereka pun bertawakkal kepada Rabb mereka”.

Seketika itu Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata,“Ya Rasulullah, apakah aku termasuk salah satu di antara mereka”.

Rasulullah pun bersabda, “Ya, engkau termasuk salah satu di antara mereka”.

Kemudian seseorang yang lain berdiri juga dan berkata, “Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka,” Rasul menjawab;

« سَبَقَكَ عُكَّاشَةُ »

“Kamu sudah kedahuluan Ukasyah”

(HR. Bukhori dan Muslim)

Menggapai Surga Dengan Seember Air Wudhu’

عن رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الأَسْلَمِىُّ قَالَ كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ e فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِى « سَلْ ». فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ . قَالَ « أَوَغَيْرَ ذَلِكَ ». قُلْتُ هُوَ ذَاكَ. قَالَ « فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

Dari Rabi’ah Bin Ka’ab Al Aslamy beliau berkatal “Aku pernah bersama Rasulullah saw di suatu malam, maka aku menyiapkan air wudhu’ dan semua keperluan beliau. Seketika beliau e bersabda, “Mintalah sesuatu”.

Aku menjawab, “Aku meminta kepadamu agar kelak bisa menenmanimu di Jannah (Surga)”. Beliau menjawab, “Ada lagi selain itu?”. “Itu saja cukup Ya Rasulullah”, jawabku.

Maka Rasulullah bersabda,“Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud.” (HR. Muslim)

Lihatlah “kecerdasan’ shahabat Rasul Shollallohu ‘alaihi wasallam dalam meminta, ia yakin apapun yang Rasulullah minta kepada Allah pasti akan dikabulkan. Maka saat Rasul Shollallohu ‘alaihi wasallam member kesempatan kepadanya untuk meminta, ia tidak mau kehilangan kesempatan emas seperti Si Arab Badui di atas. Rabi’ah bin Ka’ab meminta sesuatu yang tidak ada tandingannya yaitu: MENEMANI RASULULLAH DI JANNAH FIRDAUS.

Rasulullah mengabulkan permintaan Rabi’ah dan beliau hanya meminta agar Rabi’ah ‘membantu’ agar do’a Rasul terkabulkan dengan memperbanyak sujud

Do’a Agar Dimudahkan Beramal Dengan Amalan (Calon) Penghuni Surga

Dari Aisyah Rodhiyallohu ‘anha , bahwasanya Nabi saw mengajarkan beliau doa ini :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِى خَيْرًا

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta semua kebaikan kepada-Mu, baik yang segera (dalam waktu dekat) maupun yang akan datang, apa yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik segera (dalam waktu dekat) maupun yang akan datang, apa yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh hamba-Mu dan Nabi-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang minta dihindarkan oleh hamba-Mu dan Nabi-Mu”.

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu surga dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik kata maupun perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu agar keputusan yang Engkau tetapkan kepadaku semuanya adalah baik”.

(HR Ibnu Majah dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albany)

———————————————————————————————————————————————————————–

Ya Allah!! Haa.. rasanya luar biasa banget baca tulisan ini di tengah-tengah fisik yang lemah karena sakit, pagi kerja malam demam, beban pekerjaan yang tak kunjung berkurang… Rasanya kayak disiram air segar di tengah-tengah jiwa yang rapuh!

Gak mau kehilangan kesempatan meminta ke Allah! Gak mau tanggung-tanggung minta sama Allah! Gak mau kehilangan momen-momen diijabah doa sama Allah.. Karena lagi sakit juga sih.. 😀

SMANGAT KYKY!!

*yang suaranya udah ilang, tapi masih bisa presentasi meeting* XD

Posted in kyky belajar, Mari Membaca

Sunda dan Islam

Saya menemukan tulisan ini saat baca berita-berita di Era Muslim. Menarik! Ulasan singkat mengenai sejarah masuknya Islam ke Tataran Sunda dan falsafah-falsafah hidup di dalamnya. Tulisannya singkat, tapi pas untuk dibaca..

Mengingat saya keturunan Sunda, jadi menambah pengetahuan saya tentang kebudayaan leluhur saya sendiri. Tanpa bermaksud rasis, tulisan ini saya sajikan ulang di blog ini.

Selamat Membaca.. ^____^

———————————————————————————————————————————————————————–

Islam dan Falsafah Hidup Urang Sunda

Untuk memahami bagaimana intensifnya hubungan Islam dan Sunda pada masa kini, akan amat penting apabila kita menggali bagaimana falsafah yang dianut masyarakat Sunda kiwari. Apabila falsafah hidup yang dianut ternyata mendapat pengaruh kuat dari Islam, maka hampir dapat dipastikan bahwa Islam telah meresap menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat Sunda. Inilah yang akan digali pertama pada tulisan ini.

Menggali falsafah hidup tentu saja harus diambil dari keseharian kehidupan masyarakat Sunda. Jejak-jejak budaya yang hidup sehari-hari-lah yang akan memberikan banyak informasi mengenai bagaimana urang Sunda mendefinisikan kehidupannya dan bagaimana mereka harus menjalaninya. Salah satu jejak budaya yang cukup representatif untuk menggambarkan mengenai falsafah hidup yang dianut urang Sunda adalah warisan peribahasa dan pepatah yang hidup di tengah masyarakat. Dalam bahasa Sunda yang demikian disebut paribasa dan babasan.

Di balik peribahasa dan pepatah itu tentu tersimpan suatu pandangan hidup tertentu (worldview). Pandangan hidup inilah yang menjadi kerangka dasar masyarakat yang bersangkutan melihat dan menafsirkan berbagai realitas yang dihadapinya. Di sini pula dengan segera akan ditemukan sejauh mana Islam berpengaruh membentuk pandangan hidup masyarakat Sunda.

Berkait dengan peribahasa, ada dua buku penting yang dapat dijadikan rujukan, yaitu buku Mas Natawisastra berjudul Saratus Paribasa jeung Babasan (cet. I thn. 1914; cet. II 1978) terdiri atas lima jilid. Buku lainnya ditulis Samsoedi Babasan jeung Paribasa Sunda yang terbit tahun 1950-an. Dalam kedua buku tersebut termuat lebih dari 500 peribahasa Sunda. Seluruhnya mewakili apa yang berkembang di tengah masyarakat Sunda.

Menurut Ajip Rosjidi, dari lebih 500 peribahasa, yang secara langsung kosakatanya meminjam peristilahan Islam hanya ada sekitar 16 peribahasa. Sisanya tidak meminjam peristilahan khusus Islam. Di antara babasan yang ada kaitan langsung dengan Islam antara lain: Kokoro manggih Mulud, puasa manggih Lebaran (Orang melarat bertemu perayaan Maulid Nabi, yang berpuasa bertemu dengan Lebaran), Jauh ke bedug (Jauh ke suara bedug di mesjid), dan sebagainya.[1] Sementara peribahasa lain umumnya menggunakan peristilahan yang umum dalam masyarakat Sunda dan tidak kaitannya secara langsung dengan Islam contohnya antara lain: cul dog-dog tinggal igel (menari tanpa diiringi lagi musik pengiring), kandel kulit beungeut (tebal kulit muka), dan sebagainya.

Berdasarkan bacaan Rosjidi, sekalipun peribahasa dan pepatah yang dibuat tidak secara langsung menyerap istilah yang ada kaitan dengan kebudayaan Islam seperti tajug (mesjid), mulud (perayaan Maulid Nabi), lebaran, puasa, dan semisalnya bukan berarti makna yang terkandung di dalamnya juga tidak ada kaitan dengan Islam. Justru setelah keseluruhan pepatah dibaca dan beberapa sampel pepatah dicontohkan, Rosjidi menyimpulkan:

Dengan demikian walaupun jumlah peribahasa yang tampak Islami tidak banyak, namun kalau diteliti lebih lanjut, kebanyakan peribahasa Sunda ternyata mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, pendapat yang pernah dikemukakan oleh almarhum H. Endang Saifudin Anshari, MA bahwa “Islam teh Sunda, Sunda teh Islam” tidaklah bertentangan dengan hasil pengamatan terhadap peribahasa Sunda.[2]

Dalam kesimpulannya Rosjidi setuju dengan pendapat Endang Saefudin Anshary bahwa sesungguhnya antara Islam dengan Sunda tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan yang hidup di tengah masyaraqkat Sunda adalah kebudayaan yang telah mendapat sentuhan Islam sangat kuat hingga ajaran-ajaran Islam, sekalipun tidak harus dieksplisitkan ayat dan hadisnya, telah membentuk pandangan hidup masyarakat Sunda. Tentu saja Sunda yang dimaksud adalah kebudayaan Sunda kontemporer yang telah mengalami Islamisasi amat intensif.

Sebagai contoh, ada peribahasa dalam bahasa Sunda mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngoprek moal nyapek (kalau tidak berusaha takkan mungkin mengangi nasi, kalau tidak menggunakan akal tak nanti menanak nasi, kalau tidak bekerja tidak akan mungkin bisa makan). Perihabasa ini mencerminkan bagaimana orang Sunda mengajarkan bahwa hidup harus dihadapi dengan usaha dan ikhtiar, tidak boleh berpangku tangan. Sekalipun kata-kata yang digunakan tidak menggunakan istilah Islam, namun pepatah ini amat sesuai dengan ajaran Islam yang memerintahkan untuk berusaha dan berikhtiar.

Akan tetapi, dalam kenyataan keseharian kehidupan masyarakat Sunda, ada saja adat yang kelihatannya tidak mencerminkan perilaku yang dipengaruhi Islam. Bisa jadi adat tersebut maih dipengaruhi oleh ajaran-ajaran pra-Islam. Hal demikian adalah wajar mengingat proses Islamisasi adalah proses “menjadi” yang mungkin saja di satu tempat sudah berubah sementara di tempat lain belum. Karya H. Hasan Mustapa, Adat Istiadat Sunda.[3]Dalam buku ini, Mustapa yang tokoh intelektual Muslim Sunda abad ke-19, memberikan penjelasan mengenai berbagai adat kebiasaan yang dikerjakan masyarakat Sunda mulai adat saat melahirkan, mengkhitan, menikahkan, menanam, kematian, dan sebagainya.

Dalam penjelasannya Mustapa menunjukkan apa pengaruh dan falsafah yang ada di balik kebiasaan itu. Ada adat yang memang berkenaan dengan kepercayaan pra-Islam, ada pula yang sudah menunjukkan pengaruh ajaran Islam. Sebagai seorang intelektual Muslim, Mustapa secara proporsional menempatkan adat kebiasaan urang Sunda yang dituliskan dalam kerangka pandangan hidupnya sebagai Muslim.

Dari sisi sumber intelektual, sebetulnya karya Mustapa ini juga sudah menunjukkan secara tidak langsung bahwa tokoh-tokoh intelektual Sunda seperti dirinya pada abad ke-19 sudah memiliki pengaruh yang kuat dari Islam. Ini berarti bahwa Islam sudah menjadi salah satu referensi inetelektual yang penting sehingga adat kebiasaan yang berlaku pun ditimbang dalam kerangka Islam.

Mengenai persoalan ada sebagian masyarakat yang lebih memegang adat daripada pengajaran baru, di dalam falsafah masyarakat Sunda sendiri sudah disadari sejak awal. Ini tercermin dari peribahasa kuat adat batan warah(lebih kuat adat daripada pengajaran). Ini menunjukkan bahwa adat bukanlah harga mati. Bisa jadi, dengan datangnya pengajaran baru adat haru berubah. Namun seringkali orang yang sudah telanjur memagang adat tidak dapat dengan mudah meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya hanya karena ada pengajaran baru.

Islamisasi Tatar Sunda

Sudah menjadi kebiasaan dalam historiogri kolonial bahwa Islamisasi akan dibenturkan dengan pertahanan adat masyarakat lokal. Umpamanya ketika sejarawan-sejarawan kolonial menceritakan proses Islamisasi di wilayah kebudayaan Jawa. Islamisasi yang sesungguhnya adalah proses kebudayaan kemudian digambarkan dengan pristiwa-peristiwa politik. Jadilah kemudian perang antara Demak dengan Majapahit (1526 M) sebagai diartikan perang antara Islam dengan Hindu; atau Islam dengan kebudayaan Jawa. Dalam hal ini, Demak disimbolkan sebagai wakil tradisi Islam sementara Majapahit disimbolkan sebagai wakil kebudayaan Jawa.

Bila melihat hubungan antara Islam dengan kebudayaan setempat seperti demikian, maka akan dapat disimpulkan bahwa Islam datang untuk menghancurkan “kebudayaan” masyarakat tempatan. Padahal, sejatinya proses Islamisasi, apalagi menyangkut kebudayaan adalah proses yang damai, normal, dan wajar tanpa kekerasan. Orang dengan sukarela menjadi Islam atau tidak. Sementara persoalan politik sesungguhnya lebih banyak berkaitan dengan kepentingan kekuasaan, daripada dengan kepentingan mempertahankan kebudayaan.

Hal yang sama juga akan ditemukan saat menceritakan hubungan antara Sunda dengan Islam. Hubungan ini, dalam sejarah selalu dikaitkan dengan ingatan perang antara Maulana Hasanudin dari Banten dengan kerajaan Sunda di bawah pimpinan Ratu Samiam tahun 1579 yang berakhir dengan hancurnya kerajaan Sunda. Perang ini seolah memberikan pertanda bahwa Islam dengan Sunda adalah seteru, sesuatu yang tidak dapat dipersatukan. Oleh sebab adanya pandangan demikian, ada yang sengaja mencari “jati diri” kasundaan dengan melewatkan Islam.[4]

Islam datang ke Tatar Sunda seiring dengan datangnya Islam ke Tanah Jawa pada umumnya. Sama seperti di wilayah Jawa yang lain, puncak keberhasilan dakwah Islam adalah pada masa Wali Songo. Di Tatar Sunda, anggota Wali Songo yang menjadi penyebar Islam tersohor, bahkan sampai berhasil mendirikan kerajaan Islam di Cirebon dan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Namun demikian, Sunan Gunung Jati bukan orang pertama yang membawa Islam.

Dalam sumber-sumber lokal-tradisional dipercayai bahwa orang yang pertama kali memeluk dan menyebarkan Islam di Tatar Sunda adalah Bratalegawa. Bratalegawa adalah putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh. Ia memilih hidupnya sebagai saudagar besar. Karena posisinya itu, ia tebiasa berlayar ke Sumatera, Cina, India, Srilangka, Iran, sampai ke negeri Arab. Ia menikah dengan seorang Muslimah dari Gujarat bernama Farhana binti Muhammad.

Melalui pernikahan ini, Bratalegawa memeluk Islam, kemudian menunaikan ibadah haji dan mendapat julukan Haji Baharudin. Sebagai orang yang pertama kali menunaikan ibadah haji di kerajaannya, ia dikenal dengan sebutan Haji Purwa. Ia kemudian menepat di Ciberon Girang yang saat itu berada di bawah kekuasaan Galuh. Bila cerita ini menjadi patokan, dapat disimpulkan bahwa Islam pertama kali dibawa ke Tatar Sunda oleh pedagang dan pada tahap awal belum banyak pendukungnya karena masih terlampau kuatnya pengaruh Hindu.[5]

Ada pula naskah tradisional lain yang menyebutkan cerita tentang Syekh Nurjati dari Persia. Ia adalah ulama yang datang pada sekitar abad ke-14 bersama 12 orang muridnya untuk menyebarkan Islam di daerah jawa Barat. Atas izin penguasa pelabuhan tempat ia mendarat, ia diperbolehkan menetap di Muarajati (dekat Cirebon) dan mendirikan pesantren di sana. Kisah ini terdapat dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.[6]

Ada lagi kisah tentang ulama yang datang dari Campa (sekitar Vietnam) bernama Syekh Quro. Ia singgah di Karawang bersama-sama dengan kapal Laksamana Cheng Ho.

Sementara Cheng Ho melanjutkan misinya, Syekh Quro memilih tinggal di Karawang dan menikah dengan Ratna Sondari putra penguasa Karawang. Ia diizinkan untuk mendirikan pesantren hingga ia dapat menyebarluaskan ajaran Islam secara lebih leluasa.[7]

Sumber-sumber tradisional ini, sekalipun dalam perspektif sejarawan Barat dianggap sebagai sumber yang tidak otoritatif, namun untuk tidak dipercayai secara keseluruhan pun bukan perkara yang tepat. Oleh sebab itu, sebagai informasi permulaan apa yang ditulis dalam sumber-sumber tradisional di atas patut dipertimbangkan.

Bila sumber-sumber ini kita pegang, dapat disimpulkan bahwa Islam telah datang ke Tatar Sunda sejak abad ke-12 atau ke-13. Akan tetapi, sebagaimana umumnya pengembangan agama secara damai, tersebarnya Islam untuk sampai menjadi anutan mayoritas membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, bila pada abad ke-16, Kerajaan Sunda runtuh, bukan berarti bahwa Islam yang menghancurkannya.

Kehancuran Kerajaan Sunda adalah karena kekuatannya secara politik semakin merosot sehingga mudah untuk dihancurkan. Hanya saja, saat itu yang berhadap-hadapan dengan Kerajaan Sunda adalah Kerajaan Banten sehingga banyak yang secara simplisistik menyebutkan bahwa hancurnya simbol “kasundaan” adalah ketika Islam datang.

Catatan Kaki

[1] Ajip Rosjidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, Pustaka Jaya Jakarta, 2010, hal. 39-40

[2] Ibid, hal. 50

[3] Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama oleh M. Maryati Sastrawijaya diterbitkan terakhir oleh PT Alumni Bandung tahun 2010.

[4] Salah satu yang berusaha untuk melakukan itu adalah budayawan Katolik ahli Sunda, Jakob Sumardjo. Dalam tiga jilid bukunya yang berjudul Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda (diterbitkan Penerbit Kelir Bandung tahun 2009), Sumardjo berusaha mengaitkan jati diri kasundaan dengan mengembalikannya pada kepercayaan Sunda yang dipengaruhi animisme dan dinamisme; atau Hindu-Budha. Dalam jilid ketiga yang secara khusus mengenai pantun-pantun Sunda, tafsiran istilah pada pantun itu ia kaitkan dengan kepercayaan lama yang bukan Islam, padahal dalam konteks kekinian, pandangan hidup Sunda tidak dapat dipisahkan dari Islam.

[5] Nina Herlina, dkk. Sejarah Tatar Sunda. Satya Historika Bandung, 2003: hal. 164-165

[6] Ibid. hal. 166

[7] Ibid. hal. 167

 

Sumber: Era Muslim

Posted in kyky belajar

我 的 英 雄,Mei mei

Ini karangan pertama saya dalam bahasa mandarin… ^___^

Masih kacau penulisannya… :p

Nanti kalau udah dinilai sama Lao shi dan diedit, saya benerin lagi deh!

*semoga dapet nilai bagus! aamiin!

wǒ       jiào                  xiàn    zài       wǒ       xiǎng  gào     sù        nǐ         wǒ       de

我        叫 kyky。       现        在        我        想        告        诉        你        我        的

māo    tā         jiào                  wǒ       bǎ        tā        yīn       wéi      tā

猫。    它        叫 Mei-mei。 我        把        它Mei mei      因        为        它

hěn     kě        ài         jìn        guǎn   tā         shì       yī         gè        nán     de        tā

很        可        爱        尽        管        它        是        一        个        男        的。    它

de        tóu      fà         shì       xiāng  jié        hé       de        huī      sè        zōng   sè

的        头        发        是        相        结        合        的        灰        色,    棕        色,

hé      bái       sè                    xǐ         zǎo      měi      liǎng   gè        xīng    qī

和        白        色。Mei mei 洗        澡        每        两        个        星        期。

 

zǒng    shì       tīng     wǒ       shuō   de        huà     tā         bù       jìn

Mei mei          总        是        听        我        说        的        话。    它        不        进

wǒ       de        fáng    jiān      rú        guǒ     wǒ       bù       chēng zhī       tā         tā

我        的        房        间,    如        果        我        不        称        之        它。    它

zǒng   shì       zài       qián    mén    shàng

总        是        在        前        门        上。

 

yǒu     yī         tiān     wǒ       jué       de        tā         zhàn   zài       mén    qián    de

有        一        天        我        觉        得        它        站        在        门        前        的

chú     fáng    dāng   wǒ       gěi       tā         dǎ        diàn    huà     tā         bù       yuàn

厨        房。    当        我        给        它        打        电        话。    它        不        愿

yì         bān     jiā        nà       lǐ          wǒ       gǎn     dào     shēng qì         wǒ       kào

意        搬        家        那        里。    我        感        到        生        气,    我        靠

jìn        gěi       tā         wǒ       tū         rán      jué       de        wǒ       chú     fáng    sì

近        给        它。    我        突        然        觉        得        我        厨        房        似

huǒ     le         wǒ       wàng  le         guān   lú         zǐ         lǐ          suǒ     yǐ         wǒ

火        了。    我        忘        了        关        炉        子        里。    所        以        我

shuǐ    dào     jìn        lú         zǐ         lǐ          huǒ     xiāng  xíng    jiàn      chù

水        倒        进        炉        子        里。    火        相        形        见        绌。

wǒ       gǎn     xiè       tā         xiè       xiè       nǐ

我        感        谢        它。    谢        谢        你, Mei mei.